Tuesday, June 12, 2012

Syi'ah dan Al Qur'an - Bagian Ketujuh (Habis)


Hal itu dan hal-hal lain yang serupa tindakan dan perbuatan kaum munafik mengenai Al-Qur'an. Bagi para penganut agama yang tidak sejalan dengan Islam, tentu saja menemukan kesempatan baik dari apa yang diselipkan ke dalam Al-Qur'an itu. Seumpama kuuraikan kepadamu semua yang telah dibuang, diubah dan diganti mengenai soal Al-Qur'an, melalui cara-cara seperti itu, tentu akan sangat panjang lebar. Kecuali itu akan tampak terbukalah apa yang dilarang oleh sikap 'taqiyyah' dan akan terbukalah pula kebaikan dan keutamaan para aulinya (para Imam) bersama-sama dengan kejelekan dan kekurangan yang ada pada musuh-musuhnya. Hal ini dilarang keras oleh prinsip 'taqiyyah'.

Mengenai apa yang kusebut tentang Surah dan ayat-ayat yang dibuang sehingga mencemarkan dan merendahkan martabat Nabi Muhammad saw. yang oleh Allah lebih dimuliakan dari pada para Nabi yang lain, itu sebenarnya tidak aneh. Sebab Allah 'Azza Wa jalla telah menentukan bahwa setiap Nabi pasti mempunyai musuh dari kaum musyrikin. Hal ini telah difirmankan Allah dalam Kitab Suci-Nya. Sesuai dengan keagungan Nabi kita saw. di sisi Tuhannya, maka beliau pun diuji dengan menghadapi musuh-musuhnya yang dengan kemunafikannya menjadi sumber segala macam gangguan dan kesukaran yang beliau hadapi. Mush beliau itu bermaksud hendak menolak kenabian beliau, hendak mendustakan beliau dan menggagalkan semua usaha beliau agar mereka dapat merusak segala sesuatu yang telah beliau tetapkan. Musuh beliau itu juga giat merusak orang-orang yang setia kepada beliau supaya berbalik mengingkari, menentang, mengkhianati dan menghancurkan da'wah beliau serta mengubah agama dan menyalahi Sunnah beliau. Orang yang memusuhi beliau itu tidak merasa puas sebelum melampiaskan kebencian dan kedengkiannya dengan jalan menjauhkan ummat dari orang-orang yang menerima wasiat kepemimpinan dari beliau, membuat ummat tidak menyukainya, menghalangi ummat supaya tidak mengikutinya dan membujuk ummat supaya memusuhinya. Tujuan yang hendak dicapai ialah mengubah Kitab Suci yang diturunkan kepada Nabi saw., menghapuskan keutamaan orang-orang yang disebut di dalamnya, menutup-nutupi kekufuranorang-orang kafir yang ditunjuk oleh Al- Qur'an dan menutupi orang-orang lainnya yang bersetuju untuk berbuat zhalim, menentang dan mengadakan Kitab tandingan. Semua perbuatan mereka itu diketahui Allah, karenanya Allah berfirman :
"Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Kami, mereka itu tidak tersembunyi bagi Kami."
Allah juga telah berfirman :
"Mereka ingin mengganti firman Allah."
Setelah mereka melihat nama-nama para pendukung kebenaran dan para pendukung kebatilan sebagaimana yang dijelaskan Allah, dan mereka rasakan hal itu bertentangan dengan niat mereka, mereka lalu berkata : "Kami tidak membutuhkan hal itu, cukuplah sudah yang ada pada kami sendiri". Mengenai sikap mereka itu Allah berfirman : "Mereka lalu mencampakkannya ke belakang punggung mereka kemudian menukarnya dengan harga yang amat rendah. Alangkah buruknya tukaran yang mereka terima."

Karena banyaknya persoalan yang tidak mereka ketahui ta'wilnya, pada akhirnya mereka terpaksa berusaha mengumpulkan dan menghimpun ayat-ayat Al-Qur'an yang mereka ketahui saja dan yang dianggap dapat memperkuat keingkaran mereka. Kemudian kawan-kawan mereka berseru : 'Barang siapa diantara kalian yang menyimpan sesuatu tentang ayat- ayat Al-Qur'an, bawalah kepada kami!' Mereka lalu menyerahkan tugas pengumpulan dan penghimpun ayat-ayat Qur'an serta penyusunannya kepada beberapa orang yang menyetujui tindakan mereka memusuhi para Auliya'ullah (para Imam) 'alaihimus salam. Mereka lalu menghimpun ayat-ayat Al-Qur'an menurut kemauan mereka sendiri, dan mengumpulkan apa saja yang dianggap dapat menunjukkan keistimewaan mereka yang serba bohong itu. Karena mereka itu tidak mengerti maka mereka membiarkan ayat-ayat yang dianggap menguntungkan mereka, padahal sebenarnya ayat-ayat itu merugikan mereka. Selain itu mereka juga menambah isi Al-qur'an dengan apa yang mereka pandang lebih memburengkan Al-qur'an dengan apa yang mereka pandang lebih memburengkan Al-Qur'an. Akan tetapi Allah mengetahui apa yang mereka lakukan itu, karenanya Allah berfirman:
"Itulah tingkat pengetahuan yang mereka capai."
Semua kebohongan, pemalsuan dan perbuatan mereka yang memalukan itu pada akhirnya dibongkar oleh para ahlul-istibshar (orang-orang yang mengetahui rahasia ghaib dengan penglihatan bathin), dan diketahui pula segala kebohongan yang mereka masukkan ke dalam Al- Qur'an dan yang bersifat meremahkan Nabi saw. Oleh karena itu Allah berfirman :
"Mereka mengatakan hal-hal yang munkar dan ucapan palsu." [Al Ihtijaj, oleh At Thibrisiy, dari hal. 119 hingga selesai.]
Selain tujuan-tujuan yang kami sebutkan diatas semuanya, kaum Syi'ah dalam meyakini adanya revisi dan perubahan Al-Qur'an, juga bermaksud untuk menghalalkan diri mereka lepas dari ikatan hukum Al- Qur'an dan dari kewajiban mengamalkan ketentuan-ketentuan yang diperintahkan Allah. Sebab, bagaimana orang dapat menjalankan perintah-perintah Allah kalau Al-Qur'an itu sendiri sudah mengalami revisi dan perubahan? Bagaimana pula orang mau terikat oleh hukum- hukum Al-Qur'an, berpegang pada perintah-perintahnya, dan menghindarkan larangan-larangannya kalau terdapat kemungkinan terjadi perubahan pada ayat-ayatnya, kalimat-kalimatnya atau huruf-hurufnya? Dengan mempercayai hal demikian itu kaum Syi'ah merasa mudah keluar dari ketentuan syari'at Al-Qur'an, bersembunyi di bawah naungannya dan menikmati keuntungan-keuntungan yang didapat dari kepercayaannya itu. Karenanya sebagian besar kaum Syi'ah tidak merasa berdosa dengan berbuat maksiat, kefasikan dan kedurhakaan selama mereka masih tetap bernaung di bawah madzhab Syi'ah atau selama mereka masih tetap berbela sungkawa atas wafatnya Al-Husein bin 'Ali r.a. sambil memaki- maki para sahabat Nabi saw. Bagi mereka agama hanyalah tidak lebih dari sikap mencintai 'Ali bin Abi Thalib dan anak-anak keturunannya. Untuk itu mereka membuat berbagai macam riwayat dan hadists. Antara lain sebagaimana yang diriwayatkan oleh Al-Kaliniy di dalam Al-Kafiy, yang dikatakannya berasal dari Yazid bin Mu'awiyyah, [Yazid bin Mu'awiyah yang dimaksud bukan Yazid cucu Abu Syufan, melainkan cucu Al 'Abbas. Ia seorang ulama] bahwasanya Abu Ja'far a.s. berkata :

Seorang datang menghadap Nabi saw. kemudian berkata : "Ya Rasul Allah, aku mencintai orang-orang yang menunaikan shalat, tetapi aku sendiri tidak menunaikan shalat. Aku mencintai orang-orang yang berpuasa, tetapi aku sendiri tidak berpuasa. Rasul Allah saw. menanggapi ucapan orang itu dengan mengatakan: "Engkau bersama dengan orang yang kau cintai." [Kitab Ar Raudhah Minal Kafiy Fil Furu', Jilid VIII]

Mengenai riwayat semacam itu kita ingin bertanya : Apakah agama hanya cinta melulu?
Itulah yang membuat kaum Syi'ah berani memamah biak pelbagai macam kebatilan.

No comments:

Post a Comment

Comments System

blogger/disqus/facebook