Jauh sebelum kehadiran Nabi saw, seorang tokoh muncul merubah sejarah bangsa arab. 'Amr ibn Luhay namanya. Tokoh ini nyaris terlupakan dalam sejarah, beruntunglah syaikh Muhammad ibn 'Abdul Wahhaab mengangkat kembali profilnya dalam buku beliau, Mukhtashar Siraatir Rasuul. Tidak banyak yang mengenal 'Amr ibn Luhay, padahal dia lah sang perantara.
Mayoritas bangsa arab sebenarnya mengikuti millah Ibrahim yang bertauhid kepada Allah swt. Syaikh Muhammad ibn 'Abdul Wahhaab dalam Kitaabut Tauhid alladzi Huwa Haqqullaahi 'alal 'Abiid menyebutnya sebagai Al Hanafiyah. Bangsa arab kala itu menyembah Allah, mensucikan syiarNya, dan berhaji ke baitNya.
Waktu berlalu dan ilmu diangkat, hingga cahaya tauhid di jazirah arab meredup. walaupun demikian, masih ada syiar tauhid ajaran Ismail yang tersisa. Hingga saat munculnya seorang bernama 'Amr ibn Luhay sang perantara. Diantara kaumnya dia dikenal sebagai orang yang penuh kebajikan derma dan sedekah. Hingga semua orang mencintainya. bagi kaumnya dia adalah 'alim besar dan wali yang didengar setiap perkataannya.
Suatu saat ia bersafar ke negeri Syam, sebuah negeri yang sangat maju kala itu. dari Mekkah ke Syam, ia seperti kang kabayan dari dusun yang turun ke kota. Mirip seperti kalangan islam liberal yang diperjalankan beasiswa ke USA. Disana dilihatnya negeri yang amat beradab itu menyembah berhala. Sejurus kemudian dia menyimpulkan bahwa itulah jalan kebenaran. Logikanya simple: Syam adalah tempat diutusnya para Rasul dan negeri diturunkannya kitab suci.
Pulang lah dia ke Mekkah dengan membawa oleh-oleh. Hubal namanya. Sebuah berhala yang diiringi kemusyrikan. Maka kemudian, penduduk Makkah yang memandangnya sebagai seorang 'alim, segera mengikuti kesyirikan itu. Seluruh dataran Hijaz, Najd, Yamamah hingga Yaman yang menganggap penduduk Mekkah sebagai penerus Ibrahim dan penjaga rumahNya segera bergabung dengan munculnya berhala Manat di Musyallal, Laata di Thaif, dan 'Uzza di Wady Nakhlah.
Melangkah lebih jauh, 'Amr ibn Luhay melakukan penggalian arkeologis terhadap berhala-berhala kaum Nuh yang terpendam di sekitar Jiddah. Dia berhasil menemukan kembali Wadd, Suwa', Yaghuts, Ya'uq dan Nasr. Syaikh Shafiyurrahman Al Mubarakfury dalam Ar Rahiiqul Makhtuum memberi kabar bahwa 'Amr ibn Luhay telah bekerjasama dengan jin untuk menemukan lokasinya. Potret orang-orang soleh yang dipertuhankan itu dibawa ke Tihamah, dan setelah musim haji ditempatkan kembali pada kedudukannya sebagai sesembahan.
Tidak cukup sampai disitu, 'Amr ibn Luhay memposisikannya sebagai otoritas pembaharu agama. Dibangunnya sistem kepercayaan dan peribadatan yang lestari hingga dihadirkannya Rosulullah saw. Thawaf pada berhala, bersujud memohon kepadanya, berhaji, berqurban, bernazar untuk si berhala dengan aneka ritual yang menjijikkan bagi kita. Tetapi masyarakat kala itu memandang kaum kepada 'Amr ibn Luhay sang perantara. Berbarengan dengan itu, suburlah perdukunan, peramalan, mengundi nasib, judi, khamr.
Uniknya, 'Amr ibn Luhay tak berhasil membawa pulang sistem yang bisa memajukan peradaban bangsanya hingga seperti negeri Syam. Ia hanya berhasil menjadi perantara sistem kepercayaan dan pola pikir yang membuat kaumnya semakin terpuruk ke kedalaman kubangan sejarah. Ini dahulu, dan sekarang tidak sedikit 'Amr ibn Luhay baru yang menjadi sistem perantara di negeri yang kita cintai ini. /saf
Showing posts with label Muhammad bin Abdul Wahhaab. Show all posts
Showing posts with label Muhammad bin Abdul Wahhaab. Show all posts
Monday, May 28, 2012
Thursday, May 24, 2012
Muhammad bin Abdul Wahhaab - Pendahuluan
Nama Muhammad bin Abdul Wahhaab (dan kaitannya dengan wahhabi dan wahhabisme) sering terdengar baik dari kalangan muslim maupun non-muslim selama dua abad terkahir ini. Pada kenyataannya, Ibnu Abdul Wahhaab bukanlah seseorang yang "terselubung kabut misteri". Karya tulisnya, sebagaimana sangat berkaitan dengan karya tulis murid-murid dan keturunannya, sangat dikenal dan cukup mudah diperoleh. Meskipun beliau sesungguhnya tidak terselubung kabut misteri, banyak pernyataan tentang beliau selama bertahun-tahun berisi pernyataan yang sesuai fakta dan juga fiksi.
Muhammad bin Abdul Wahhaab ,selain seorang manusia, juga seorang muslim. Dengan demikian, diperlukan obyektivitas dan imparsialitas dalam mempelajari tentang kehidupan, pengajaran, karya tulis dan buah pikiran beliau. Beliau memiliki hak medapatkan "pengadilan yang adil". Seberapa banyak pun orang yang menyelisihi beliau, tidak ada seorang pun yang berhak menghakimi beliau.
Rosulullah saw. bersabda:
"Kezaliman akan menjadi kegelapan di hari kiamat." (Muttafaq 'alaih)
Rosulullah saw. juga bersabda:
"Muslim atas muslim lainnya diharamkan darahnya, hartanya dan kehormatannya." (HR Muslim)
Rosulullah saw. juga bersabda:
"berhati-hatilah dengan doa seorang yang dizalimi, karena tidak ada penghalang antara doanya dan Allah." (HR Bukhori dan HR Muslim)
Bahkan dalam riwayat lain rosulullah saw. bersabda:
"berhati-hatilah dengan doa orang yang terzalimi meskipun dia kafir, karena tidak ada penghalang antara doanya dengan Allah." (HR Ahmad)
Dalam segala hal, imparisalitas, obyektivitas, integritas keilmuan dan keadilan haruslah ada dalam diri setiap muslim. Hal ini berlaku meskipun musuh atau lawan. Allah SWT telah menjelaskan:
Ayat-ayat dan hadis-hadis diatas harus membuat siapa saja yang beriman dengan sungguh-sungguh untuk takut dalam berbicara sesuatu yang tidak benar atau tidak adil tentang orang lain.
Tulisan ini bertujuan memberikan pemaparan yang adil dan akurat tentang kehidupan dan ajaran Muhammad bin abdul Wahhaab. Untuk mencapai tujuan ini, kesimpulan yang ditarik hanya dari sumber yang reliabel secara historis dan logis, akurat, substantif dan dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan baik dari muslim maupun non-muslim.
Pada tulisan berikutnya, saya akan memaparkan tentang kehidupan Muhammad bin Abdul Wahhaab.
Muhammad bin Abdul Wahhaab ,selain seorang manusia, juga seorang muslim. Dengan demikian, diperlukan obyektivitas dan imparsialitas dalam mempelajari tentang kehidupan, pengajaran, karya tulis dan buah pikiran beliau. Beliau memiliki hak medapatkan "pengadilan yang adil". Seberapa banyak pun orang yang menyelisihi beliau, tidak ada seorang pun yang berhak menghakimi beliau.
Rosulullah saw. bersabda:
"Kezaliman akan menjadi kegelapan di hari kiamat." (Muttafaq 'alaih)
Rosulullah saw. juga bersabda:
"Muslim atas muslim lainnya diharamkan darahnya, hartanya dan kehormatannya." (HR Muslim)
Rosulullah saw. juga bersabda:
"berhati-hatilah dengan doa seorang yang dizalimi, karena tidak ada penghalang antara doanya dan Allah." (HR Bukhori dan HR Muslim)
Bahkan dalam riwayat lain rosulullah saw. bersabda:
"berhati-hatilah dengan doa orang yang terzalimi meskipun dia kafir, karena tidak ada penghalang antara doanya dengan Allah." (HR Ahmad)
Dalam segala hal, imparisalitas, obyektivitas, integritas keilmuan dan keadilan haruslah ada dalam diri setiap muslim. Hal ini berlaku meskipun musuh atau lawan. Allah SWT telah menjelaskan:
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu
jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi
dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum,
mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih
dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Almaidah:8)
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak
keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu
bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu
kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin
menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau
enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa
yang kamu kerjakan. (Annisa:135)
Ayat-ayat dan hadis-hadis diatas harus membuat siapa saja yang beriman dengan sungguh-sungguh untuk takut dalam berbicara sesuatu yang tidak benar atau tidak adil tentang orang lain.
Tulisan ini bertujuan memberikan pemaparan yang adil dan akurat tentang kehidupan dan ajaran Muhammad bin abdul Wahhaab. Untuk mencapai tujuan ini, kesimpulan yang ditarik hanya dari sumber yang reliabel secara historis dan logis, akurat, substantif dan dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan baik dari muslim maupun non-muslim.
Pada tulisan berikutnya, saya akan memaparkan tentang kehidupan Muhammad bin Abdul Wahhaab.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Comments System
blogger/disqus/facebook